Monday, January 22, 2018

Susah Sinyal: Ketika Jarak Terjauh Adalah Di Antara Dua Hati


Mumpung masih bulan Januari, kalau saya ngucapin Happy (Belated) New Year, kira-kira gimana? *digetok pembaca* Tahun baru ini pun saya batal ngerayain, padahal tadinya sudah sempat merencanakan untuk pesta barbekyu sama teman-teman di Solo. Setelah dua kali usaha ngantri tiket Prameks enggak dapat juga, udah mikir mau go-show...ternyata tanggal 31 Desember pagi, ayah saya harus dilarikan ke rumah sakit karena asam uratnya kumat. Panik banget, karena saya jarang melihat ayah saya kesakitan seperti itu, dan sakitnya beneran pula (lah gimana). Saking parahnya, ayah saya harus disuntik supaya cepat sembuh.....dan beberapa jam setelah kembali ke rumah, mukanya bengkak karena alergi obat. Mau nangisss, akhirnya saya muter-muter buat nyari obat alternatif yang bisa dibeli tanpa resep dokter. Mana sambil ngehindarin macet juga. Maghrib saya sampai rumah, ayah minum obat pengganti, dan alhamdulillah keadaannya lebih baik esok paginya.

Tanggal 1 Januari pun terlewati dengan agak hampa, dan enggak sampai satu minggu, gantian saya yang harus ke rumah sakit. Kali ini saya dirujuk oleh dokter umum dan psikolog ke dokter spesialis jiwa di Rumah Sakit Akademik UGM karena mengidap “severe depressive episode without psychotic syndrom.” ‘Penyakit’ apa itu? Nanti saya ceritakan di post terpisah kalau sudah siap ya. Yang jelas, ini adalah gangguan mental yang enggak keren sama sekali. But as I said on my Instagram post, pasti ada alasan kenapa Allah menganugerahkan hal ini kepada saya. Even when I knew that Hari Kesehatan Jiwa Sedunia ‘dirayakan’ pada hari ulang tahun saya, saya ngerasa gimanaaa gitu. Hanya saja, ini ada hubungannya dengan film yang saya tonton akhir pekan lalu.

I am actually not a fans of Ernest Prakasa, saya lebih menggemari tulisan istrinya, Meira Anastasia. Kalau enggak salah, beberapa tahun yang lalu saya sering membaca blognya (tapi lupa alamatnya apa). Terus saya lupa juga siapa yang merekomendasikan film Susah Sinyal. Pas baca sinopsisnya, langsung kepikiran ngajak mama dan adik buat nonton karena kami lagi butuh bonding time. Sempat mengusulkan untuk nonton bareng tante, roommate, dan sepupu; tapi tante mah sibuknya kanmaen. Nonton pun tinggal wacana, hiks hiks.

Susah Sinyal merupakan film tentang Ellen (Adinia Wirasti), seorang single mother yang bekerja sebagai pengacara; dan anak perempuannya, Kiara (Aurora Ribero). Ceritanya, Ellen ‘mendadak’ harus PDKT sama Kiara karena ibunya meninggal, sementara selama ini Kiara memang sangat dekat dengan omanya itu. Waktu di awal film digambarkan kedekatan antara Kiara dengan omanya, saya dan mama langsung manggut-manggut secara saya sangat dekat dengan nenek saya. Saya pernah menceritakan hal ini di review film Moana. Bedanya, karena nenek saya adalah ibu dari ayah, jadi mama enggak dekat dengan nenek. Yang ada mereka malah sering berantem waktu saya kecil, karena saya selalu nangis kejer kalau dipaksa pulang dari rumah nenek. Sekarang sih hubungan mereka sudah lumayan baik. Mama pernah ngebeliin nenek seperangkat teko, gelas, dan mangkok T*pperware; maksud mama buat dipakai waktu Hari Raya Idul Fitri, eh malah nenek ngerasa sayang dan disimpan di lemari pajangan. Hihihi.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...