Wednesday, November 22, 2017

Why Broken Heart Can Be Such A Beautiful Moment

I know I am supposed to work right now but I couldn’t help to think of this young woman. She broke up with her foreigner boyfriend some months ago and it affected her life thoroughly. I actually saw a bright hope here and there for her. But surely I know that getting separated with someone whom you shared everything with for years is just painful.

Some times ago, I finally stopped talking with two men I met from online dating website. Two? Yes, two. The thing is, as you might have assumed that I was emotionally attached with one man, we realized that we’re not meant to be together. So in one fine night not too long after I accomplished my thesis defense, we talked it out and we ended whatever-we-ever-had. Another man that came later was having a lot of problems in his life and he opened it up first, saying that he couldn’t handle an official relationship, moreover long distance AND intercultural relationship.

Tuesday, November 21, 2017

My Life After Graduation

Tak terasa baru sebulan sejak saya wisuda. Kenapa saya bilang ‘baru’? Karena sepertinya saya sudah melakukan banyaaaaak hal. And yes, it’s another excuse of why I couldn’t continue my birthday blog post. Hvft.

Here’s the story.

Saya wisuda pada hari Kamis, 19 Oktober 2017. Pada hari itu saya bangun pada pukul 03.00 untuk mencoba make up sendiri – lalu gagal – dan akhirnya ngibrit ke rumah sahabat untuk didandanin (cek IG-nya: Dias Kusumastuti). Karena jam sudah menunjukkan pukul 06.00, saya akhirnya mengenakan hijab sekadarnya dan meminta tante ngebut ke Grha Sabha Permana. Meskipun sebenarnya saya terhitung terlambat, untungnya wisudawan/ti masih boleh registrasi ulang dan memasuki barisan. Tak sampai setengah jam, kami memasuki GSP dengan perasaan berkecamuk. Happy sih, tapi agak sedikit senep teringat berapa banyak uang yang sudah kami ‘investasikan’. Eaaa. 

Prosesi wisuda di universitas tidak memakan waktu lama karena jumlah wisudawan/ti memang dibagi dua gelombang. Wisuda yang pertama sudah dilangsungkan sehari sebelumnya. Sekitar pukul 11.00 saya keluar gedung dan berfoto bersama ayah dan ibu, lalu saya melanjutkan wisuda fakultas bersama mama, adik, nenek, tante, dan roommate saya, mbak Diah. Kok bisa yang datang banyak? Ini adalah salah satu keuntungan punya tante yang berprofesi sebagai dosen, hehe. Well, besides my mom and my dad, of course I dedicated my graduation for my aunt as she has taught me a lot of important lessons and lift me up along the hard times.

Untuk foto, sejak awal saya merencanakan booking fotografer karena malas antri di studio dan takut ayah/mama ada yang iri. Berdasarkan rekomendasi teman (thank you Rika!), saya dikenalin sama Fandi. Alhamdulillah yaaaaa, dia sabar banget, asik diajakin kerja sama, dan ya itu pokoknya sabar. Saya sempat berpikir, ‘kok foto saya sedikit ya’, apalagi setelah tahu ada seorang teman yang fotonya mencapai 500. Busyet itu foto wisuda atau nikahan, haha. Tapi saya sudah puas foto-foto dan yang penting sudah bikin foto di dalam perpustakaan, saksi bisu perjuangan saya mengerjakan tesis dan berbagai kerjaan. Terima kasih UGM untuk perpustakaan yang lumayan nyaman, coba bikin sleeping corner biar makin asik. #yakale
 


Malamnya saya dan adik ngobrol di Tempo Gelato Jakal, terus lanjut ngobrol sama mama sampai kepala saya pusing. Saya baru tidur pukul 03.00 (it means I have been awake for 24 hours!!), jadi ketika mama dan adik pamit ke stasiun pukul 06.00, saya lanjut tidur lagi. Tapi sayangnya saya tidak bisa tidur lama karena harus beres-beres daaan packing. Yup, saya menghadiri Ubud Writers & Readers Festival lagi setelah tahun lalu skip karena ikut konferensi. Saya berangkat sama Akid, Chu, Oscar, dan Gehitto...naik mobil pada hari Sabtu malam. Gila? Iya. Sampai sekarang aja masih suka berasa capeknya, but it was really fun. Boleh kapan-kapan nyobain road trip lagi, misalnya dari Bali ke Aceh. Toh saya tinggal duduk manis karena tidak bisa menyetir mobil, mwahaha.

Tadinya saya ditelepon Bli Gustra untuk jadi moderator di Emerging Voice, ‘pecahan’ UWRF untuk audiens anak muda Indonesia. Saya akan memandu (memanduuu) sesi bersama Leila S. Chudori, Ahmad Fuadi, dan Anita dari Bitread.id (self publishing platform). Selain itu, saya juga akan membantu Akid, yang mengajak saya naik mobil ke Bali, di divisi Book Launch. Ternyata, karena saya sudah – ehem – berpengalaman, saya dipindahtugaskan ke International Writers Liaison. It wasn’t my first time being a liaison, like I told you here and here, but yeah it’s a bit different now.
With some of my writers.
Setelah delapan hari di Bali, saya kembali ke Jogja untuk mendampingi penulis VIP, Simon Winchester, pada Satellite Event yang disponsori US Embassy. Selain mengisi sesi di kampus UNY dan nDalem Natan Kotagede, Simon masih punya waktu tiga hari di Jogja. Ia pun meminta saya mengatur jadwal jalan-jalan karena dia ingin mengajak istrinya, Setsuko, melihat matahari terbit di Candi Borobudur. Cerita tentang UWRF dan Simon akan saya tuliskan nanti ya because there are many things I want to share – seperti biasa, kalau ingat *digetok pembaca*
With Simon Winchester & Setsuko.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...