Friday, September 30, 2016

A Blessed Life vs An Amazing Life

Sejak saya rutin mengunjungi dokter gigi (untuk berobat, bukan untuk cari pacar), saya jadi mulai malas berpuasa. Tadinya saya punya rencana untuk puasa Daud lagi sesudah puasa Syawal dan melunasi hutang puasa, tapi apa daya karena ada masalah rahang, saya harus merelakan gigi saya diikat. Saya pun merasa seperti puasa terus-menerus, secara engga bisa makan, hanya bisa minum (paling banter makan sup cream).

Ternyata, bukannya semakin kurus (lah), kemalasan beribadah ini jadi merembet kemana-mana. Saya jadi malas mengaji karena membuka mulut butuh perjuangan yang lumayan berat. Lama-lama, tahajjud pun bolong-bolong dan sholat subuh semakin ngaret. Astaghfirullah.

Masalahnya, semakin kita enggan ‘memaksakan’ diri untuk beribadah, perasaan sedih karena tidak dapat menyempurnakan ibadah juga beranjak menghilang. Saya perlahan tidak merasa bersalah walaupun tidak tahajjud – saya pikir ah, nanti juga bisa digantikan dengan salat dhuha atau sunnah rawatib. Padahal pahalanya berbeda. Pun perjuangan dan esensinya.

Lalu hubungannya apa dengan judul post ini?

Masih dalam rangkaian Sunshine Blogger Awards, ada sebuah pertanyaan dari Kak Nissa yang ingin saya jawab.
Jika kamu dituntut harus mengganti judul blogmu, kamu akan menggantinya dengan judul apa?

Sebenarnya sudah lama saya ingin mengganti nama blog saya, tapi saya takut branding-nya (halah) akan terlupakan dan saya harus ribet masak bubur beras merah (eaaa). Akhirnya saya bertahan dengan nama blog ini, sepertinya sister juga melihat saya terlanjur identik dengan A Blessed Life.

Waktu awal blogging, saya ingin punya nama blog yang menggambarkan diri saya. Dulu saya pernah punya blog bernama Hot Button and Feedback, gara-gara blog Diana Rikasari judulnya Hot Chocolate and Mint. Saya pilih nama itu karena saya kan mahasiswa Ilmu Komunikasi yang pingin bisa menyentuh ‘hot button’ pembaca dan mendapatkan feedback untuk tulisan saya. Selanjutnya, saya punya tumblr yang saya kasih nama Chubby Cheek and Charmbracelet, karena saya kan chubby dan suka mengenakan charmbracelet. Terakhir saya punya blog bareng teman yang kami beri nama Primasya, gabungan dari nama kami berdua.

And then, saya masih dalam pengembaraan mencari kitab suci nama blog, sampai akhirnya saya bertanya-tanya kepada diri sendiri, apa alasan saya memiliki blog. I mean, another one. Apakah saya akan konsisten menulis, saat itu saya tidak tahu. Seperti apa tulisan yang akan mengisi blog saya, saya juga belum tahu. Tapi ada dorongan yang sangat kuat untuk menuliskan pemikiran, pendapat, dan pengalaman saya; semata agar bisa menjadi pelajaran bagi teman-teman pembaca.

That’s it. Pelajaran. Lalu saya merasa bahwa pelajaran itu adalah suatu berkah. Sementara bahasa Inggris dari berkah adalah blessing. Saya ingin menjadi berkah di kehidupan pembaca, so this blog should be named A Blessed.....

Saya belum sempat memikirkan kata terakhir hingga saya merasakan betapa hidup saya terberkati. Kata orang, hidup itu engga perlu kaya, yang penting berkecukupan. Waktu mau beli mobil, uangnya cukup. Waktu mau sekolah lagi, uangnya cukup. Waktu mau traveling, uangnya cukup. Nah ya itu, seringnya malah terlalu cukup sampai ngepas, engga ada lebihnya, hehehe.

Hidup saya adalah serangkaian berkah yang kadang terasa lucu. Saya pernah bepergian dengan maskapai terbaik negara ini, tapi juga pernah mengalami berdiri selama tiga jam di kereta ekonomi yang penuh sesak dengan penumpang dan barang (kadang ada ayam di keranjang juga). Saya pernah menginap di hotel yang bikin mata saya membelalak karena jelas saya engga mungkin bisa bayar (fasilitas kantor mama), tapi juga pernah menumpang di kamar hostel yang teman sewa. Saya pernah makan malam seharga sekitar dua juta rupiah per orang dimana kebanyakan menunya adalah yang pertama kalinya saya lihatdalam hidup, tapi juga pernah (sering malah) makan mie instan. It’s a life. A blessed life.

Lalu sekitar beberapa waktu yang lalu saya menyadari adanya peningkatan gaya hidup (ceileh). Intinya adalah saya merasa hidup saya ‘naik kelas’, baik dari segi pendapatan maupun banyak hal. Sampai saya kadang bilang, “amazing!” ‘cause the opportunity was really unbelievable. That’s the time I want to change my blog name into An Amazing Life. Saya merasa ‘A Blessed Life’ sudah tidak mampu lagi merepresentasikan kehidupan saya yang semakin emejing. Ini boleh men-cieh-kan diri sendiri ga nih? Hahahahaha.

Saat yang sama, saya mendengar tentang istilah ‘istidraj’. Apakah istidraj itu?

“Harta itu menjadi musibah bagi dirinya namun Allah justru semakin melimpahinya dengan berbagai kesenangan, kemudahan, segala keinginannya terkabul dan segala kenikmatan mampu diraihnya maka itu adalah istidraj.

Rasulallah s.a.w bersabda: “Apabila kamu melihat Allah memberikan kepada seorang hambaNya di dunia ini apa yang hamba itu suka atau inginkan, sedangkan hambaNya itu selalu berbuat kemaksiatan, maka itulah ISTIDRAJ“. Kemudian Rasulullah s.a.w pun membaca surah (Q.S. Al-An’am: 44- 45)

Sedangkan jika ia lupa diri, tidak bersyukur, dan menyalahgunakan hartanya itu di jalan yang tidak dirihodi Allah, bahkan menjadi berkubang kemaksiatan dengan harta itu, sementara Allah tak juga menarik kenimatan itu bahkan sebaliknya semakin bertambah-tambah dibukakan dunia oleh Allah maka sudah bisa dipastikan itu adalah situasi istidraj.”

Saya bagaikan disambar petir di siang hari. Duhai Allah, apakah saya sedang Engkau uji dengan istidraj? Betapa sedihnya saya ketika tahu kehidupan saya yang semakin baik ini justru membawa saya semakin jauh dari-Nya. Padahal kalau boleh membandingkan dengan orang lain, dari segi materi saja, saya belum ada apa-apanya. Kok bisa udah ngerasa sombong kayak yang hidupnya udah paling beruntung gitu?

Merasa beruntung dan memang beruntung tentu dua hal yang berbeda. Namun, ternyata dibalik itu ada keberuntungan yang lain, dimana ketika kebaikan yang kita miliki selama hidup ini menyadarkan kita: ada kebesaran Allah yang menuntun dan membahagiakan kita.

Saya tidak ingin mengecilkan arti karunia Allah dengan batal mengganti nama blog saya. Namun kemudian saya merasa bahwa A Blessed Life, akan selalu menjadi pengingat saya untuk stay humble and down to earth. Motivasi utama dan pertama saya menulis bukanlah untuk popularitas, melainkan menyemai makna. Menulis pun mengingatkan saya untuk selalu mengkaji ayat-ayat-Nya, karena jangan sampai saya salah menyampaikan sesuatu – yang mana saya harap menjadi berkah bagi kehidupan orang lain.

And that’s how I stick to this blog name. Hopefully this name will bring me into something good. Karena nama mengandung doa, dan inilah doa yang saya pilih untuk kehidupan (dan blog) saya :)

Lots of love,
Prima 

*informasi tentang istidraj saya ambil dari sini

2 comments:

  1. Baca tentang istidraj memang menampar saya juga mba dita...
    Sepertinya juga kadang kita tanpa sadar merasa cukup, lalu merasa tak perlu mendekat karna sudah cukup. Hiks.

    Btw templatenya baru ya kak.. sukaa templatenya yang ini.
    Btw lagi.. itu giginya di ikat maksudnya behelan kak prim ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, 'hukuman' paling ringan adalah tidak dipanggil oleh Allah untuk bermunajat pada-Nya di malam hari, huhuhu.
      template-nya udah lumayan lama sih, beberapa bulan.. kalau gigi, ini sih karena ada masalah rahang jadi supaya engga mangap terlalu lebar, hahaha.

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...