Wednesday, July 20, 2016

Surat untuk Anakku (2)

Assalamu’alaikum.

Hai anakku, apa kabar?

Tak terasa sudah hampir dua tahun berlalu sejak surat yang pertama, dan kita belum juga bertemu. Mungkin memang Allah merasa ibu belum pantas untuk mendampingimu, akan tetapi ibu juga mencapai banyak hal lain yang ingin ibu ceritakan kali ini. 

Saat ini, ibu sedang berada di Jawa Timur dalam waktu yang cukup lama. Beberapa waktu yang lalu, ibu sempat berdebat dengan nenek tante karena ibu tidak ingin pulang saat Lebaran. Tidak ada alasan khusus yang mendasari, ibu hanya sedikit bosan. Tadinya, ibu berencana untuk menjadi volunteer di desa terpencil. Tapi kalau hanya untuk seminggu-dua minggu rasanya waktunya kurang. Sehingga dengan bersungut-sungut, ibu tetap pulang ke rumah nenek. Tanpa pernah menyangka kalau liburan ini harus diperpanjang hingga berminggu-minggu berikutnya. 

Satu yang pasti, ibu bersyukur bisa ikut menemani tantemu dan ommu masuk universitas. Mengenang masa-masa dimana ibu pun pernah berjuang untuk mendapatkan titel sarjana. Dari sejak seleksi masuk hingga skripsi ibu bisa diakui di tingkat Asia saat ini. 

Oya, ibu sekarang sudah S2. You must be proud of me, like I will be proud of you no matter what. Dua tahun yang lalu, ibu masih bingung mau melanjutkan sekolah atau mencari tantangan pekerjaan yang lebih tinggi. Ibu masih sangat menyenangi pekerjaan ibu, tapi kamu tahu sendiri kan, nenek rewel sekali saat itu. Sembari menunggu kesempatan yang lebih baik, ternyata ibu menjadi finalis World Muslimah Award 2014. Ibu juga tidak pernah menyangka kok, dan meskipun ibu tidak mendapatkan hadiah apapun (setidaknya hingga detik ibu menulis surat ini), ibu tetap senang karena banyak pengalaman dan teman baru. Suatu hari nanti ibu akan mengajakmu ke Iran, berkenalan dengan Aunty Samaneh yang suaranya lantang sekali. Atau ke Trinidad Tobago, disana ada Aunty Naballah yang karir fashion blog-nya bisa disandingkan dengan Anastasia Siantar. 

Namun ibu harus membayar mahal untuk itu. Bos meminta ibu mengundurkan diri karena beliau mengira ibu akan semakin sibuk jika memenangkan kompetisi itu. Tidak, ibu tidak dendam sama sekali, justru berterimakasih pada beliau. Bagaimanapun juga, beliau mengajarkan banyak hal kepada ibu dan salah satunya adalah fokus mengejar impian meski harus keluar dari zona nyaman. 

Pengangguran, ibu lontang-lantung di Yogyakarta hingga ‘terpaksa’ mendaftar S2 di UGM. Iya betul, kamu tahu ibu punya keinginan untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Saat itu ibu juga mendaftar beasiswa di Brunei Darussalam, dibantu oleh Tante Fanny dan Om Danu. Tapi mungkin belum menjadi rezeki ibu, dan di kemudian hari, ibu malah mendapat beasiswa di Tokyo Foundation. Alhamdulillah, ibu tidak perlu menambah hutang pada nenek tante. 

Itulah hidup, nak. Kadang langkahmu terhenti di suatu waktu, karena Allah sedang menyimpan hal lain yang lebih besar untukmu. Bukannya ibu tidak ingin bertemu denganmu secepatnya, tentu ibu tetap mengusahakan hal itu. Hanya saja, Allah lebih tahu siapa yang akan menjadi ayahmu kelak. Kalau ibu maunya kamu punya nama titik titik bin Hamdan bin Mohammed bin Rashid Al-Maktoum sih, cuma sampai sekarang ibu juga tidak tahu gimana cara mewujudkannya. Jadi ibu realistis saja deh, siapa tahu ayahmu tidak kalah keren darinya (dan sepertinya begitu, buktinya ibu mau ‘membuatmu’ dengannya). 

Anakku yang ibu rindukan,


Dua tahun terakhir hidup ibu tetaplah menghadapi pasang-surutnya. Kabar baiknya, ibu mendatangi sesi konseling karena ibu tahu ini adalah langkah terbaik jika ibu ingin segera bertemu denganmu. Ibu pastikan ibu berusaha sekuat tenaga untuk menjadi ibu yang baik untukmu. Mungkin bukan ibu yang sempurna dalam segala hal, tapi kamu berhak memiliki ibu yang sehat fisik dan mental. Ibu pun juga berkesempatan untuk mempelajari teknik konseling sehingga terlatih untuk lebih banyak mendengar. Ibu berharap kelak ibu akan mampu mendengarkan celotehanmu berjam-jam tanpa menyela. Apa kamu tahu bahwa kunci konseling yang utama adalah ketika konseli menemukan solusi dari permasalahannya, dengan caranya sendiri? Nanti kamupun begitu, ibu hanya akan membantumu memetakan permasalahannya, sehingga kamu menjadi pribadi yang mandiri dan dewasa. 

Duhai, tapi ibu tidak ingin kamu cepat dewasa dan meninggalkan ibu, nak.

Ibu ingin kamu berlama-lama disini, di pangkuan atau pelukan ibu, yang artinya kamu nyaman bersama ibu. Atau bolehlah sesekali bergelantung di badan ayah kalau ibu sedang lelah atau memasak. 

Anakku,

Ibu pecah tangis juga. Beberapa waktu ini, ibu semakin memahami bahwa memiliki anak tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bahkan ketika ibu dan Tante Fanny berkelakar tentang dirinya yang ‘sekali jadi’, ibu tetap mengucap doa bahwa proses pertemuan kita nantinya akan dimudahkan dan dilancarkan. Begitu banyak perempuan diluar sana yang harus merelakan berjuta-juta uang untuk bayi tabung. Ibu tidak ingin khawatir (karena Allah menuruti prasangka hambanya), tapi ibu ingin kamu tumbuh sehat dan bisa menemani ibu hingga beberapa waktu. 

Adzan dzuhur sudah berkumandang, nak. Waktunya ibu melantunkan doa untukmu, untuk ayahmu, untuk nenek-kakek dan semuanya, lalu kembali ke pekerjaan ibu. Akhirnya, seseorang mengakui keahlian menulis ibu dan memungkinkan ibu mengumpulkan tabungan dari situ. Barangkali karir ini belum apa-apa, tapi semoga saja ini jawaban Allah agar ibu tidak perlu sering meninggalkanmu sendiri di rumah. 

Yang sabar ya nak, semoga dua tahun dari sekarang, ibu sudah mengecup keningmu atau membelai tanganmu yang mungil. Semoga saat itu ibu sudah bisa menulis surat lain, dengan fotomu di bagian akhir. Iya, foto kita dan ayah. 

Ibu love you.

2 comments:

  1. Aku nggak tau kenapa pingin nangis dan tertawa dalam satu waktu. Kalo pakai adat surabaya, ingin sekali misuh-misuh yang kencang sambil terbahak di denpan mukamu (tapi aku paham ini nggak sopan dan bukan ciri muslimah yang baik, lol)

    Well, MbakPrim, sekali lagi kau buat hatiku terenyuh... "Kadang langkahmu terhenti di suatu waktu, karena Allah sedang menyimpan hal lain yang lebih besar untukmu." Aku merasakan sekali hal itu.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...