Sunday, July 27, 2014

The Real Winner

Gimana, ada yang udah ngerasa pantas berhari raya besok?
*ditoyor pembaca*

Bercanda laaauuu :)))

Ramadhan tahun ini luar biasa ya.
Kekuatan iman kita diuji oleh dua event besar sekaligus: World Cup dan Pilpres.
Siapa yang akhirnya bisa menahan diri untuk ga ikutan nyinyirin kubu lawan di pilpres?
Siapa yang akhirnya tetap memilih untuk tahajud dibanding nonton bola?
Kalau kamu salah satunya, selamat ;)

Terlebih bagi kamu yang tetap sibuk mencari ilmu atau rejeki ditambah mengejar pahala dengan #ODOJ atau jadi relawan di acara-acara baksos. Bersyukur ya, masih diberi keluangan waktu dan kesehatan dalam menjalani semuanya :)

Nah, saya percaya bahwa ujian sesungguhnya bukan di bulan ini. Lingkungan dan suasananya udah memotivasi banget untuk nge-push ibadah. Tapi gimana dengan bulan depan, dan bulan-bulan selanjutnya?

Maka sudah sepatutnya kita menyiapkan diri. Jangan lengah dan mengendorkan ibadah.
 
Yang sudah membiasakan sholat taraweh selama sebulan ini, yuk dilanjutkan sholat berjamaah di masjid. Yang sudah biasa #ODOJ, tetap dilanjutkan juga.

InsyaAllah hanya dengan mempertahankan konsisten ibadah-lah, kita akan selalu dilindungi Allah, dan mudah-mudahan akan dipertemukan lagi dengan bulan Ramadhan tahun depan.

Amiiin.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 H
Saya mengucapkan mohon maaf jika ada salah tulis yang menyakiti hati para pembaca.
Semoga Allah selalu mudahkan usaha kita semua dalam menyebar benih kebaikan :)

Salam,
Prima

Saturday, July 26, 2014

#1Hari1Masjid - Finale: Central Mosque, Ho Chi Minh (Oleh Primadita)





Suasana sholat Jum'at di bagian jamaah pria - banyak orang Arab/India/Pakistan!

Bersama Kak Sara (bawah kanan) dan ibu-ibu penjaga masjid, me miss you all!
Jam menunjukkan pukul setengah dua belas siang, but I am somewhere out there, dan tidak ada tanda-tanda kami sudah dekat dengan Ben Thanh Market. Perempuan yang bersamaku ini, aku tahu, sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membantuku menemukan jalan pulang. Sayangnya, kemampuan bahasa Inggris-nya yang terbatas menjadi hambatan.

Sholat Jum'at di Saigon Central Mosque akan dimulai pukul setengah satu, dan aku tidak tahu seberapa jauh kami dari masjid. Jadi, aku memberanikan diri mengatakan, “Hey, thank you very much for your help. I can go alone.”

Ketika ada sebuah bis mendekat, aku bertanya kepada kondekturnya, “Anh Oi, Cho Ben Thanh?*”
Tentu saja aku berbicara dalam bahasa Vietnam, tapi semata karena hijabku, ia terperangah.

Seusai membayar, aku memperhatikan sekeliling dengan seksama. Pasar Ben Thanh adalah sebuah pusat oleh-oleh yang berada di pusat kota, sedangkan masjid berada sekitar dua kilometer dari pasar. Sebenarnya letak masjid tersebut cukup strategis. Diapit Hotel Caravelle dan Sheraton, dan di dekatnya ada Opera House dan City Hall. Tapi, pikirku, Ben Thanh lebih mainstream dan semua orang tahu tempat itu. Dan aku tidak tahu apa bahasa Vietnam untuk Opera House dan City Hall, hehehe.

Tiba-tiba aku melihat Starbucks - okay it's everywhere - tapi aku ingat Starbucks yang ini berada di jalan yang sama dengan masjid yang aku tuju. Aku meminta sopir bis menurunkan aku disitu, dan aku berlari ke masjid.

Alhamdulillah, sholat Jum'at belum dimulai.
Tapi, yang membuat aku sedikit terkejut, suasananya ramai sekali. Aku bahkan sedikit kesulitan untuk mencari tempat. Untungnya kak Sara melihatku dari jauh, ia melambaikan tangan dan menggelar sajadah untukku disampingnya.

Menggelar sajadah tersebut, nampaknya adalah tradisi yang dilakukan Kak Sara, dan penjaga Saigon Central Mosque untuk para tamu. Biasanya sih, pengunjung masjid adalah turis Malaysia yang berbelanja kain di Ho Chi Minh.

Hari rabu kemarin, aku menyempatkan sholat dzuhur disini. Kak Sara yang keturunan Melayu, menjadi penerjemahku, menjembatani komunikasi antara aku dan ibu-ibu penjaga masjid. Jika tak ada kegiatan, Kak Sara akan membersamai mereka dari waktu dzuhur hingga menjelang maghrib. Ibu-ibu itu sih, jam sembilan pagi sudah di masjid, sholat Dhuha dan mengaji bersama.

Menurut pejabat Konsulat Jenderal RI yang aku temui, masjid ini adalah masjid yang memiliki jamaah paling banyak di Ho Chi Minh. Kapan-kapan akan aku ceritakan masjid-masjid lainnya, tapi memang ini bukanlah masjid paling besar (dari ukuran bangunannya).

Mereka melambatkan waktu sholat sekitar setengah jam dari jadwal sebenarnya, agar para pekerja (Muslim Vietnam) bisa mengejar sholat berjamaah disini. Khusus untuk Jum'at, dilambatkan satu jam, karena...

“Makcik ni dari jauh.. Tiga-empat jam perjalanan kemari..” Kak Sara mengenalkan aku dengan seorang ibu berperawakan tambun. Ia menjabat tanganku ramah.

“Kalau hari Jumuah ni, banyak orang sholat kesini, dari mana-mana kota lain. Because no mosque in their city.” Kak Sara menjelaskan lagi dengan bahasa campur aduk. Aku mengangguk-angguk.

Khutbah Jum'at dilakukan dua kali, yang pertama dengan bahasa Vietnam.. yang sukses membuat aku mengantuk :p

Khutbah kedua dengan bahasa Melayu yang sangat fasih.. yang sukses membuat aku merinding dan menangis.

Seeing them really happy to pray in the mosque, even only once a week.. membuat saya malu. Di Indonesia, masjid begitu mudah ditemukan. Tapi pemandangannya kurang-lebih sama: hanya dipenuhi orang-orang sepuh. Satu, dua, tiga shaf sudah bagus. Jarang sekali saya menemui masjid yang penuh sesak kecuali hari Jum'at dan Sholat Ied (dan juga taraweh).

That's why I created this project. To encourage you all, my lovely readers. Yuk, syukuri nikmat yang ada. Termasuk nikmat untuk 'menemui' Allah dengan mudah. Mulai dari masjid di sekitar kita, mulai dari diri kita sendiri, mulai dari hal yang terkecil.

Write it down, and spread it to the world: ramaikan masjidmu, kuatkan ukhuwahmu :)

Salam,
Prima


*artinya: "Mas, ke Pasar Ben Thanh?"

***

Note: super thank you for all the participants! 
Semoga Allah merahmati kita semua!
Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir bathin :)
And stay tune for the winner here, insyaAllah akhir Agustus ;)

#1Hari1Masjid: Masjid Ash-Shiratal Mustaqim, Tabalong (Oleh Asy-Syifaa)

 
 
 
 

Masjid yang akan Syifa ceritakan kali ini sebenarnya masjid yang dirasa beda dari masjid yang pernah Syifa kunjungi di kota-kota lain. Jika mengingat ketika masih tinggal di Kalimantan Selatan 8 tahun yang lalu, mungkin aneh rasanya jika selama setahun tinggal disana hanya bisa menginjakkan kaki di masjid tersebut untuk yang pertama dan terakhir kalinya.

Masjid yang Syifa sebut bernama Masjid Ash-Shiratal Mustaqim yang berlokasi di Jl. Pangeran Antasari , Tanjung-Tabalong, Kalimantan Selatan. Letaknya yang strategis di dekat alun-alun kota, kantor bupati, dan pusat perbelanjaan Mal Bauntung, membuat aku yakin kalau ternyata sistem macapat itu adalah kebudayaan asli Indonesia yang berlaku di semua daerah, bahkan Kalimantan sekalipun.

#1Hari1Masjid: Masjid Al-Ukhuwah, Bandung (Oleh Nabila Firdausi)

 
 
 

Alhamdulilah.. tak terasa bulan Ramadhan tahun 2014 ini memasuki sisa beberapa hari terakhir. Ini adalah Ramadhan kedua saya sebagai anak kosan (baca: anak perantauan). Saya semakin bersemangat mengejar Lailatul Qad'r di malam-malam ganjil terakhir ini. Semoga saya bisa mendapatkannya, amin..

Setelah setahun saya di Bandung ini (dalam rangka bekerja dan kebetulan penempatan saya disini), saya mengamati bahwa saat bulan suci Ramadhan ini warga Bandung memiliki semangat yang sama dengan warga Surabaya. Mulai dari ramainya jamaah berbagai Masjid, suasana ngabuburit yang menyebabkan macet, hiasan Ramadhan di berbagai mall dan perkantoran, hingga tak lupa di malam-malam ganjil banyak warga yang i'tikaf di masjid termasuk saya (walau tidak sampai menginap sih).

Salah satu Masjid favorit saya adalah Masjid Al-Ukhuwah yang berada di dekat Balaikota ini. Masjid ini cukup luas dengan tempat parkir yang lega, tempat wudhu bernuansa bebatuan dan yang paling saya suka adalah lantai masjid ini dari panel kayu. Arsitekturnya bagus dengan nuansa warna hijau zamrud dan keemasan.

Friday, July 25, 2014

Puasa, Puasa, Sebulan Penuh Puasa

Sebagai satu-satunya hijabi di kantor, wajar kalau teman-teman kantor yang beragama lain sering tanya-tanya tentang Islam ke saya. Apalagi tim Marketing, maklum ya pada suka ngobrol semua.. Kadang bahas apa terusannya bisa nyambung kemana-mana.. Hehehe.

Pertanyaan paling heits bulan ini tentu saja tentang puasa.

“Prim, puasa itu laper atau haus gitu ga sih?”

Udah gitu, ada juga klien British (tapi pernah tinggal di Bali) lucu banget, cerita kalau dia kapan hari nyoba puasa, dan at the end of the day, dia lemeees banget.. Kata dia, “you guys are amazing can do it in a full month.” :)))))

Jawaban saya sih simpel, “tentu saja laper, haus, lemes, males.. but it's all about faith, you know..” #tsaaah

Padahal nih, saya suka banget ngemil. Terus, sebulan sebelum Ramadhan, saya dan seorang rekan kerja mencoba diet dengan satu produk suplemen diet dan hampir aja gagal soalnya kami berdua laperan orangnya.

Heran kan, kalau puasa kok bisa anteng..

Mungkin beberapa dari kita akan mengatakan, kan udah dibiasain puasa Senin-Kamis, alhamdulillah. Mungkin beberapa akan bercanda sambil bilang, “emang puasanya anak umur tujuh tahun? Yang dipikirin lapernya?”

Tapi buat saya, itu benar. Karena makin dewasa seseorang, idealnya mindset puasa itu udah bukan sekedar lapar atau haus.
Lapar dan haus itu cuma kulitnya aja.
Sedangkan yang lebih penting adalah menahan hawa nafsu, supaya ga gampang marah, ga ngomongin orang lain, dan lebih ikhlas sama ketentuan Allah.

Makanya yang saya khawatirkan setiap hari bukan, “kuat ga ya puasa hari ini?” melainkan, “akan sempurnakah puasa hari ini?”
Bayangin, kalau sister udah laper atau haus seharian, eh ternyata puasanya kurang afdhol karena masih marah-marah sama adik, nggosipin temen, atau...pacaran. Terus puasanya dapet apa?

That's why, selama bulan Ramadhan ini lingkungan sekitar mesti benar-benar dijaga. Ekstrimnya, saya ga sempet baca majalah remaja (iya dooong, saya kan masih remaja, LOL) atau novel-novel romansa yang udah saya beli dari minggu-minggu sebelumnya. Dialihkan dengan membaca buku-buku tentang pernikahan #ehem #kode --- engga, sama buku-buku keagamaan. Semata untuk menjaga hati dan niat.
Memang pahala itu hak prerogatif Allah, tapi bukankah kita bisa mengusahakan semaksimal mungkin?

Sisa dua hari lagi (untuk saya), dan tiga hari lagi untuk teman-teman yang lain.

Tapi masih ada enam hari di bulan Syawal, dan beberapa hari yang perlu dibayar oleh kita, perempuan.
Dan berhari-hari puasa Sunnah selanjutnya.

Usahakan sempurna!

Salam,
Prima

Pic Source

Thursday, July 24, 2014

#1Hari1Masjid: The Great Mosque, Hawler (Oleh Istiadzah Rohyati)

 
 
 
 
 
 
 
 
Jadi, Hawler itu sebutan lain untuk Arbil atau Erbil. Apa pula itu? Itu nama kota. Ibukota. Saya biasa menyebutnya dengan Erbil, namun masyarakat setempat lebih sering menggunakan “Hawler” untuk menyebut kota yang satu ini.

Erbil merupakan ibukota Kurdistan regional. Nah, kalau Kurdistan, pasti ada yang udah pernah dengar, kan? Ya iyalah, orang blog saya ini isinya tentang Kurdistan, kok :D

Gambar di atas adalah penampakan masjid di Erbil. The Great Mosque Hawler. Masjid agung lah ya kalau kata kita mah. Saya ke sana sekitar dua tahun yang lalu. Duh, lama juga ya. Padahal dalam kurun waktu tersebut saya udah bolak-balik ke Erbil, tapi jarang mampir ke masjid itu lagi.

Wednesday, July 23, 2014

#1Hari1Ayat: Sorry, but No Sorry

"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(Q.S.An-Nisa' (4): 110)

Saya teringat akan suatu waktu dimana di satu kajian, seseorang bertanya, 'perlukah kita melakukan taubat secara konsisten meski kita tahu kita tidak melakukan hal maksiat?'

Hmmm, menarik ya.

Kok bisa ada orang yang mengira dirinya bersih sama sekali dari dosa?

Padahal nih, setahu saya, mestinya kita lebih khawatir sama dosa-dosa kecil (tapi sering) daripada dosa besar. Contohnya, ada ga sih yang bisa ngelewatin sehari penuh tanpa menggunjingkan orang lain? Saya kok ga yakin ya, mana yang ditonton infotainment mulu, yang di-follow di Twitter juga rawan nyinyirin orang..

Kita sadar betul kita pernah menghardik orang tua, kita pernah menyengaja menunda sholat hingga hampir lewat waktu, kita lebih sayang sama pacar daripada adik sendiri.. Astaghfirullah. Jangan-jangan, kalau ada tugas menuliskan dosa dalam sehari, satu halaman A4 ga akan cukup.

Itu baru yang hari ini, belum yang kemarin, kemarinnya lagi, seterusnya sampai bertahun-tahun yang lalu..

Duh, mau nangis darah ga sih.. :'(

That's why saya pernah dengar seorang Ustadz berkata, “lupakan amalmu, tapi selalu ingat keburukanmu.” Semata agar kita tak menyombong pada diri sendiri dan di hadapan Allah, menghitung amal kebaikan dan melupakan dosa.

Yuk, sama-sama mengingat dosa, supaya kita tahu apa yang perlu diperbaiki. Bismillah, semoga Allah mudahkan.

Salam,
Prima
Pic source

#1Hari1Masjid: Masjid Mataram, Kotagede (Oleh Denie Ekawati)

 
Gerbang gapura masjid Mataram Kotagede
Masjid Mataram Kotagede adalah salah satu masjid tertua di Yogyakarta, tepatnya berada di daerah Kotagede. Kotagede sendiri merupakan salah satu tempat di Yogyakarta yang bisa dibilang sangat diminati oleh para wisatawan, karena selain sebagai pusat kerajinan perak juga merupakan tempat di mana kita masih bisa melihat bangunan-bangunan zaman dulu yang masih berdiri kokoh. Masjid ini didirikan oleh Sultan Agung pada pertengahan abad 17, atau  sekitar tahun 1640. Bertandang ke masjid Mataram di Kotagede ini sebenarnya akan sama rasanya ketika bertandang di masjid Agung/ masjid Gedhe, yang letaknya di sekitar alun-alun kota Yogyakarta. Arsitektur yang disuguhkan berupa arsitektur jawa yang kental. Mulai dari pintu masuk sampai ke dalam masjidnya. Namun, masjid ini jauh lebih tua dibandingkan dengan masjid Agung Yogyakarta dan masjid-masjid tua lainnya di Yogyakarta.

Masjid yang merupakan salah satu komponen asli Kotagede ini berdiri di selatan kawasan Pasar Kotagede sekarang, tepatnya di kelurahan Jagalan, kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bangunan masjidnya sendiri tidaklah semegah masjid-masjid modern. Sebelum pintu masuk, akan ada gerbang yang menyambut jamaah. Bagian menariknya adalah gerbang ini berupa gapura bergaya Hindu yang meyerupai pura. Hal ini menandakan, bahwa arsitektural Masjid Mataram Kotagede ini memiliki perpaduan dua unsur budaya dari dua latar belakang agama yang berbeda, yang digabungkan menjadi satu kesatuan bangunan masjid. Selain itu, di sekitar masjid, terdapat sebuah prasasti yang menceritakan proses pembangunan masjid ini. Menurut keterangan pada prasasti, masjid ini dibangun dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan oleh Sultan Agung. Bangunan masjid saat itu masih kecil, atau biasa disebut langgar. Pada tahap kedua, pembangunan masjid diteruskan oleh Pakubuwono X, selaku Raja Kesultanan Surakarta.
 

Tuesday, July 22, 2014

#1Hari1Masjid: Masjid Lautze 2, Bandung (Oleh Titi Estiningrum)

 
 


Walaupun setiap hari melintasi jalan ini, akan sangat dimaklumi bila para pelintas tidak menyadari kehadiran sebuah masjid disini. Itu tidak lain karena masjid ini diapit oleh deretan ruko-ruko. Ya,  masjid ini juga menjadi bagian dari ruko tersebut. Satu-satunya penanda bahwa disana ada masjid, adalah papan nama berwarna kuning, dengan tulisan merah menyala khas etnis Tionghoa yang berbunyi Masjid Lautze-2 dan menunjuk ke arah pintu. Di sisi kanan pintu terdapat toko yang juga bernama Toko Lautze yang menjual buku dan aneka perlengkapan lainnya.

Masjid Lautze-2 terletak di jalan Tamblong nomor 27 Bandung, lebih tepatnya berada di pertemuan empat jalan yaitu jalan Lembong-jalan Sumatera-Jalan Veteran-dan jalan Tamblong; persis di seberang RS Bungsu. Menempati ruko sewaan berukuran 6x7m. Tidak terlalu besar untuk ukuran sebuah masjid. Tapi karena di sekitar lokasi tersebut hanya ada satu masjid ini, maka tiap tiba waktu shalat Jum’at, jamaah pun rela shalat di luar masjid/di trotoar.

Monday, July 21, 2014

#1Hari1Ayat: Grand Mosque, Taipei (Oleh Intan Dzikria)


Western culture as a qibla for Taiwanese made Taiwan become a free country. Free in the meaning of free to act, free to choose their 'open' clothes, free to sex before marriage, free to eat Haram food (mainly pork), free to everything,...except Taiwan is still in the propaganda of being an official country and leave China.

Many Muslims from foreign countries considered twice or more whether want to stay in Taiwan or not, even it is just for holiday. It is because of the minority of Muslims population, Halal food, and place to Shalah. Those are my consideration first when I got Letter of Acceptance in one of the university in Taiwan. I started to look for as many as information about Muslim society in Taiwan.

Alhamdulillah... I have friends who already stayed in Taiwan for study in the same university as me and told me everything I want to know. The first thing I asked them is... "is there any masjid there?"

Taipei Grand Mosque is one of the mosque in Taipei and considered as the biggest mosque in Taiwan. There are only seven mosques in Taiwan and two of them are in Taipei, the capital city of Taiwan. Even it is the biggest, but it is not as big as Grand Mosque in many cities in Indonesia. But still, I am very grateful. The location is near with my campus. Not really near at first I went there, but now I felt it is near.

In front of the biggest park in Taipei, Da'an Park. Near with NTU and NTUST campus. Transportation are available using Bus, MRT, or YouBike. Taipei Grand Mosque even put in one of the travel destination list by Taiwan's Travelling Brochures that can be found in MRT stations.

At the Train Station

Saya: Assalamu'alaikum, Ukhti, Akademi Pernikahan mulai lagi bulan apa ya?
Ukhti Fa: InsyaAllah November..
Saya: Lho kok masih lama? Saya mau nikahnya bulan depan nih..
Ukhti Fa: …...........


Hahahahaha, abaikan percakapan imajiner diatas.

Mungkin juga karena menjelang Hari Raya (persiapan mental untuk ditanya, 'kapan nikah?'), pembicaraan tentang menikah menyeruak diantara kami, para high quality single. Siapakah kami disini? Yah tebak aja sendiri :)))

Beberapa hari yang lalu, saya mengikuti kajian di ITS. Sebenarnya sih saya ga begitu mempermasalahkan tema kajiannya; yang penting memenuhi target tiap minggu di bulan Ramadhan mesti ikut kajian diluar ceramah taraweh. Saya percaya tiap kajian pasti memberi ilmu, syukur-syukur kalau dapat jodoh juga disana #lho

Aslinya, di poster tulisannya (kalau ga salah) Jangan Jatuh Cinta, Tapi Bangun Cinta. Jadi semangat kan yak. Terrrnyata, mungkin setelah komunikasi sama panitia lebih lanjut, temanya diadaptasi jadi lebih ke Mahasiswa Sukses apa gimana gitu.. Hampir aja mati gaya tapi ya tetep pikir positif kan siapa tahu ini tanda-tanda saya mau jadi mahasiswa lagi. Amiiin.

Yang seru, Ustadz Setia Furqon Kholid kalau ngasih materi atraktif gitu. Kita banyak simulasi dan salah satunya adalah simulasi emosional. Bisa banget dicoba ke calon pasangan – meski kalau hasilnya ga sesuai harapan, belum tentu ga cocok juga. Cuma bisa jadi sedikit gambaran apakah kita sudah satu 'aliran' emosi dengan partner. Alhamdulillah, saya cocok dengan adik partner, namanya Shabrina Syarif ;)

Dari pengamatan saya terhadap dik Shabrina, dan peserta-peserta lainnya, jujur saya bersyukur banyak anak muda sudah mempersiapkan diri untuk menikah sedini mungkin.

Which unfortunately, not happened to me years ago :)

Saya baru ada niat untuk menikah itu waktu saya berumur 21 tahun, dan harapan waktu itu nikah umur 23.. Yang setelah saya pikir-pikir sekarang, itu TELAT BANGET pemirsa. Istilahnya sih gini ya, mau kuliah, SBMPTN-nya Agustus, tapi baru masuk bimbel bulan Juli. Memble lah lau..

Terus ada yang nanya kan, lah kita kan gatau mau dikasih jodohnya kapan?
Ya justru karena gatau kapan itu sodara sodari.. Makanya disiapin. Udah tau gatau, malah diem-diem aja. *toyor *termasuk toyor diri sendiri

Buat saya, perumpamaannya nunggu jodoh itu hampir sama seperti nunggu kereta. Ketika kita beli tiket, kita ada harapan kalau kereta yang akan kita naiki, akan datang tepat waktu. But we just never know. Kalau ternyata telat karena ada gangguan gerbong, atau yang lainnya, itu takdir. Tapi paling tidak, kita sudah beli tiket, sudah di stasiun dengan barang bawaan kita.

Sebaliknya, kita belum beli tiket, belum nyiapin barang bawaan, belum berangkat ke stasiun; yaaa jangan harap akan sampai ke tempat tujuan..

Nah, berdasarkan contoh diatas, menurut saya lagi, langkah tersebut bisa diaplikasikan kedalam proses pencarian pasangan, yaitu:
1. Beli tiket → mengumpulkan niat, 'merayu' Allah sebagai 'penjual tiket'. Anggap aja kita lagi proses ngantri beli tiket. The most important thing here is udah nunjukin kita siap mengambil kesempatan itu.
2. Nyiapin barang bawaan → memperbaiki diri sendiri, meningkatkan kualitas diri, pokoknya doing efforts to be a better person.
3. Berangkat ke stasiun → seeking for the right person. Mungkin ya bisa diterjemahkan jadi ta'aruf, atau sekedar ngobrol-ngobrol sama orang tua dan orang yang kita percaya.

Kalau ditanya prima sekarang udah di tahap apa? La-ha-ci-a dong :p Tapi rasanya sih, ketiga tahap tersebut mesti dilakukan berulang-ulang karena kadang, kelamaan nunggu kereta pun bikin kita pingin ngebatalin tiket yang udah kita pegang. If you know what I mean..

Tapi insyaAllah saya yakin, ketika kadar keimanan kita sudah cukup mumpuni, kita bisa bersabar dan mengikhlaskan apapun yang akan terjadi.

After all, He knows what's best for us, so... trust Him, it works!

Salam,
Prima 


Terjemahan: jika sebuah kereta tidak berhenti di stasiunmu, artinya ya... memang itu bukan keretamu. Tak perlu susah-susah maksa Kondektur untuk memberhentikan kereta tersebut, secara stasiunmu ga ada di rute perjalanan mereka kok. Kamu mungkin ga nyadar, tapi ada kereta lain yang sedang menuju ke arahmu, tapi tidak bisa berhenti di stasiunmu, karena terhalang oleh kereta lain yang kamu paksa berhenti. *kurang lebih yeee :p*

Saturday, July 19, 2014

Mommy and I

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
(Q.S. Luqman (31: 14)

As I have said on Facebook, berkah Ramadhan tahun ini buat saya adalah silaturrahmi. Ketemu teman lama dimana-mana, dapet teman baru juga dari mana-mana, syukur alhamdulillah :)

Setiap orang yang datang dan pergi dalam kehidupan kita hampir selalu membawa sebuah pelajaran.. Dan kali ini saya pingin sharing tentang pelajaran yang saya dapat dari seorang teman lama saya..

Setelah sepuluh tahun ga kontak sama sekali, tanpa disangka saya ketemu lagi sama dia di Twitter. Singkat cerita, saya baru tahu kalau ibunya sudah wafat earlier this year, selang seminggu dari meninggalnya om saya yang juga berdomisili di Jogja..

Unfortunately I never met his mom, tapi dari cerita tante saya yang mengenal beliau, beliau adalah sosok wanita yang luar biasa: cantik, baik hati, ramah.. Which I'm sure are inherited to my friend.

Nah, secara kehilangan ibu pasti berat banget.. Sampai pada satu masa saya baca dia menulis di blog-nya..
"I will do everything to get your message or call telling me not to delay the breakfast, coming home late, or even just to drink more water."

#DEG
Then I saw my mom and cried.

My relationship with my mom has been always on and off, because our life is hard at general. Ga ada yang mengharapkan hal seperti ini juga, tapi baru beberapa tahun terakhir ini saya sadar bahwa semua itu cuma karena Allah sangat menyayangi kami, sehingga semata menjaga agar kami selalu mendekat kepada-Nya.

Dan tentang mama saya, honestly, kisah SMS berulang kali sudah mulai memudar diantara kami. Sejak mama saya menikah, fokus utamanya sih memang suaminya. Meski kalau ditanya kenapa kok lebih sering berada di rumah Surabaya, jawabannya tetep: "Soalnya mama mikirin siapa yang nyiapin makannya kakak.." 

Huehehehehehehe, engga gitu juga sih, cuma memang mama masih sering khawatir sama saya, gitu..

Belakangan saya juga baru tahu, mama saya mencatat semua SMS yang saya kirim ketika saya pergi selama dua puluh tiga hari ke Malaysia-Vietnam-Kamboja. Dan mama saya bilang, mama akan terus melakukannya kalau saya jadi ke Qatar someday.

So, there you go.

Sering kita ga ngerasain hal-hal kecil diantara kita dan orang tua kita saat mereka masih ada. And when they're gone, we wish nothing but turning back the time so we can have their attention again. 

That's why kemudian saya bersyukur kenapa selama ini aplikasi beasiswa saya keluar negeri belum ada yang diterima, kerja di luar negeri dan luar kota juga ga ada yang jadi-jadi.. Allah sedang kasih saya kesempatan untuk lebih lama sama mama saya. Meski 'lama' disini 'cuma' berarti makan malam dan tahajud bareng, dan ngojekin mama kemana-mana di sabtu/minggu saat mama di Surabaya.. 

Cherish every moment you have with your parents, so at the end of the day, at least you have something to remember.. 

Love you Mam. 

Saturdate with Mamah, nganterin beliau bukber sama kelompok pengajiannya :)

Friday, July 18, 2014

Hi Demi! - A Story about a Little Girl Whom I Met in Da Lat, Vietnam

Da Lat Train Station

When I collect some photos for my post: “Why I Choose Vietnam”, I suddenly remember that I have a promise to write a post about a little girl whom I met at the tour train in Da Lat.

After visiting the temple, we were going back to Da Lat train station, by train (of course..). I was sitting there, talking with Nhung, until I realize that there's a girl in front of me, practicing some basic sentences in English with her brother. She repeated, “where are you come from?” many times; and while I am sure she doesn't asking me, I look at her and smile.

Thursday, July 17, 2014

#1Hari1Masjid: Masjid Darul Ilmi, Kudus (Oleh Ika Ardiyan Aksari)

Ada juga aula yang sering digunakan untuk berbagai kegiatan.
Dari lantai tiga pengunjung bisa melihat bagaimana luasnya lantai dua.
Sambil melepas sepatu, pengunjung bisa menikmati taman mini yang di bagian bawahnya juga terdapat kran untuk wudhu.
Pintu samping menuju ke aula, kamar mandi dan tempat wudhu yang bisa menuju lantai dua dan tiga dengan bantuan anak tangga.
Ini adalah tempat wudhu perempuan, laki-laki pun desain dan arsitekturnya sama persis.
Hehe, numpang narsis ya. Cermin besar ini bisa ditemui pengunjung di lantai satu. Ini adalah sudut paling digemari mahasiswa perempuan di UMK, hihihi.

Perkenalkan, Universitas Muria Kudus (UMK) adalah kampus tercinta saya. Kampus saya ini beralamat di Gondangmanis PO.BOX 53 Bae 59324 Kudus Jawa Tengah. Tepatnya 10 km dari alun-alun Kudus yang terkenal dengan Masjid Agung dan Sunan Kudus-nya. Ada apa di kampus saya?

Sama seperti kampus-kampus lain, selain gedung perkuliahan, taman yang rindang, auditorium yang megah, parkiran yang selalu berjubel dan kantor sekretariat yang menjulang tinggi, ada satu bangunan yang selalu membuat saya rindu untuk kembali lagi ke sana. Apalagi kalau bukan Masjid Darul Ilmi, masjid megah yang terletak di kompleks UMK tepatnya berada di sebelah Barat.


Darul Ilmi memiliki arti tempat mencari ilmu. Nama tersebut sangat cocok diberikan kepada masjid ini karena terletak di dalam kompleks UMK. Bukan hanya untuk mencari ilmu agama, ilmu lain pun dapat diperoleh di sana. Karena disana seringkali menjadi tempat pelaksanaan berbagai event yang diadakan oleh mahasiswa, misalnya training ESQ, peringatan Maulid Nabi, Ospek, workshop, dan lain-lain.

Masjid Darul Ilmi ini tergolong masih muda. Tepatnya akhir Desember 2009 lalu masjid ini baru selesai dibangun oleh 100 pekerja bangunan. Masjid ini berdiri di atas tanah seluas 650 m2. Terdiri dari tiga lantai, lantai pertama berfungsi sebagai sentra kegiatan dan aktivitas kerohanian Islam (terdapat di aula). Lantai dua diperuntukkan bagi jamaah pria sedangkan lantai tiga sebagai tempat jamaah perempuan atau mezanin.

Perasaan adem akan langsung dirasakan oleh setiap orang yang datang ke masjid dengan tinggi 50 meter ini. Dinding yang didesain dengan model berlubang-lubang, membuat udara secara bebas masuk ke dalam masjid. Selain itu lantai yang menggunakan batu alam marmer dan keramik menambah kenyamanan setiap pengunjungnya, tak terkecuali saya. Dulu, seringkali setiap menunggu pergantian jam kuliah yang terlalu lama, saya dan teman-teman memilih beristirahat di masjid yang pembangunannya berlangsung selama setahun lebih ini. Bahkan tidur di lantai tiga secara beramai-ramai. Oiya, ada satu tempat lagi yang menjadi favorit mahasiswa saat mengerjakan tugas kuliah, yaitu serambi masjid yang berada di samping kanan kiri masjid. Sebelah kiri untuk perempuan sedangkan yang sebelah kanan untuk laki-laki.

Secara pribadi ada satu hal lagi yang membuat saya sangat semangat untuk datang ke masjid ini, yaitu suara muadzin. Lengkap deh, masjid yang megah dan suara muadzin yang merdu dan menggetarkan hati membuat saya semakin semangat untuk datang ke rumah Allah ini. Ceritanya, dulu saya pernah kos di depan kampus, jadi setiap maghrib, isya, dan subuh, saya dan teman sekamar selalu pergi jamaah di Masjid Darul Ilmi. Sampai pernah bela-belain lompat gerbang kampus untuk bisa jamaah, hihihi.

Selama ramadhan, selain melaksanakan sholat tarawih di malam hari, setiap selesai sholat dzuhur ada ceramah yang disampaikan oleh dosen UMK secara bergilir. Sedihnya, jangan dikira kalau shalat tarawih tiba akan banyak jamaah yang datang ya, paling banyak hanya 3 saf. Hal itu karena letak masjid yang cukup jauh dari perkampungan. Jadi, yang datang untuk berjamaah adalah mahasiswa maupun dosen yang kos di sekitar kampus. Sayang banget ya masjid yang megah ini kalau ramadhan tidak begitu ramai? Harapan saya sendiri semoga masjid ini semakin ramai pengunjung yang sejalan dengan ramainya pembangunan di sekitar kampus. Aamiin. Sayang banget kan kalau rumah Allah yang megah ini hanya dianggurin.

Nah, itu tadi liputan saya untuk masjid Darul Ilmi di kampus saya. Kalau berkunjung ke Kudus, jangan lupa mampir ke Masjid kebanggan kampus saya ini ya?

Salam.


***

Penulis: Ika Hardiyan Aksari (@diyanika
Blog: http://ichaituika.blogspot.com/

***

Prima Note: Lucky you sempet ngerasain punya masjid kampus yang megah begini :') Waktu aku kuliah, aku cuma ngerasain masjid kampus selama beberapa semester aja.. terus masjidnya direnovasi sampai sekarang ga kelar-kelar, huhuhu. Semoga masjid kampus yang indah juga memotivasi para mahasiswa untuk tidak hanya cerdas di kelas, tapi juga mumpuni di agama, amiiin :)

Wednesday, July 16, 2014

About Being a Liaison Officer

Selimut pagi, Sisters!
Ah kangennya menyapa para pendengar waktu masih siaran radio, hihihi.
Dulu biasanya saya siaran pagi, nah kan masih ngantuk-ngantuk gitu, jadilah saya biasanya memplesetkan selamat pagi jadi selimut pagi :)))

Ngomongin tentang radio, saya pernah cerita disini kalau jadi penyiar ga cuma kasih saya ilmu tentang siaran aja. Kali ini saya mau sharing tentang menjadi LO (Liaison Officer). Siapa tahu ada sister yang tertarik untuk menggeluti 'profesi' satu ini ;)

Dalam sebuah event atau project, sebutan LO biasa disematkan kepada seseorang yang bertanggungjawab meng-handle public figure yang menjadi tamu atau guest star. Nama yang lain sih banyak, misalnya waktu saya syuting film Tendangan dari Langit, istilahnya Talent Coordinator.

Kalau ga salah, pertama kali saya jadi LO, adalah waktu 'megang' kru dan pemain film Sang Pemimpi karena mereka mau promosi on-air di radio saya. Kerjaannya apa aja? Ya mulai dari ngajakin makan siang, melakukan briefing untuk siaran radio (kebetulan yang siaran juga saya), dan mengurusi hal-hal kecil seperti hadiah untuk penelepon dan lain-lain.

Alhamdulillah tim saya jumlahnya cukup banyak, jadi ga kerepotan ngurusnya. Bonusnya, ketemu sama Nicholas Saputra yang lagi membersamai mbak Mira Lesmana (produser Sang Pemimpi) untuk peringatan Soe Hok Gie. Ganteng banget, subhanallah.. Hahaha.

Selanjutnya, beberapa kali saya jadi LO lagi, cuma agak lupa. Kayaknya J-Rock gitu pernah juga.. Lucunya, jam segini mereka udah waktunya standby, eeeh masih di salon pula, dan si Iman (drummer) minta makan bakso dulu. Puyeng ngaturnya.

Yes, kadang artis tuh BM (Banyak Mau) kan. Padahal tanggung jawab kita adalah make sure mereka melakukan perform dengan sempurna: on time, dan acaranya juga berjalan lancar. Plus, mereka juga harus happy when doing their job. Jangan sampai mereka ngerasa kesel karena ada ketidaksempurnaan event, dan mereka yang harus nanggung. Misal: kita telat jemput mereka di bandara, terus outfit belum beres, eh rundown acara ga jelas pula.

Selain jadi LO di event, saya pernah mendampingi beberapa aktor dan aktris di film Tendangan dari Langit. Waktu itu krunya lumayan dikit, tapi kerjaannya banyak, jadi everybody is always in charge every single hour. Gitu masih sempet berantem juga siapa yang mau nge-LO-in Maudy Ayunda – dan saya yang dapet, yaaay! Hihihi.


Padahal, awalnya saya ga ngira kalau bakal jadi LO. Ceritanya kan astrada TDL, mas Fajar Nugros itu alumni SMA saya, dan saya kan memang skripsinya tentang Persema. Coach Timo cuma bilang bantulah dampingi tim Persema. Oke fine, eh gataunya di suatu pagi, ada panggilan masuk di HP saya..

Penelepon: Prima, nanti kamu jemput Agus Kuncoro ya di bandara jam 10. Drivernya mas xxxxx, ketemu di Mess xxxxx jam 9.
Saya: Errr, ini siapa ya? *bingung
Penelepon: Ini Zaskia..
Saya: Zaskia siapa?
Penelepon: Zaskia Bramantyo..
Saya: - matik – Zaskia Adya Mecca?
Penelepon: - ketawa – haha iya, Nugros ga bilang ya?

Muka saya memerah bak kepiting rebus saat itu. Dan begitulah, berturut-turut saya jadi LO untuk Sudjiwo Tedjo, Joshua Suherman, Jordi Onsu, Natasha Chairani, mas-mas yang jadi Azzam di  Ketika Cinta Bertasbih, dan beberapa pesepakbola asing yang jadi supporting act. Sampai sekarang, Joshua kadang suka becandain SMS saya yang terlalu formal. Kebetulan yang jemput tim yang lain, jadi saya belum sempat ketemu dia.

Saya: “Halo, ini prima, LO kamu. Besok saya jemput jam6, tolong standby jam5.45 ya. Terima kasih.”

Mihihihihi.

Untuk masalah komunikasi ini, memang tiap orang berbeda. Ada yang gampang aja dibecandain, kayak Om Sujiwo Tejo atau Joshua ini. Tapi ada juga yang (menurut saya) kurang bisa lepas sama orang baru, ya seperti mas Agus Kuncoro. Kalau udah gini, biasanya saya ngomongin hal-hal yang umum aja, kayak mempromosikan kota (Malang), atau ngobrolin tentang hobi dan minat si artis. Usahain supaya ga garing, tapi don't try too hard to be funny. Nanti kalau udah agak lama, biasanya akan mencair juga :)

Hal terakhir yang perlu diperhatikan, adalah kenyamanannya, terutama menyangkut masalah fans. Saya sempet pusing banget ngurus fans-nya Irfan Bachdim selama syuting, nah disini butuh banyak koordinasi sama si artis dan kru yang lain. Berhubung waktu itu kami mesti ngejar schedule yang lain, saya strict banget sama Irfan dan melarang dia foto sama siapapun, bahkan wartawan sekalipun. Thank God dia asik aja sama request saya.

So, kasarannya nih, jadi LO tuh jadi 'pembantu' artis di event/project itu. Sedihnya lagi, kadang kita sendiri ga ada waktu buat foto bareng soalnya ribet ngurusin yang lain padahal seharian sama-sama. But the good news is, kalau pinter memanfaatkan waktu, jadi LO berarti kamu bisa curi ilmu dari public figure tersebut. Apalagi kalau kamu memang nge-fans banget dan punya interest yang sama. Puas-puasin deh tanya-tanya tips dan trik supaya bisa sesukses mereka.

And it happened to me when I become the LO for mbak Ollie di acara Hijab and Dream. Tujuan utama saya, jujur, pingin liat gimana cara kerja mbak Ollie dalam sehari. Tau sendiri mbak Ollie punya banyak bisnis dan masih aktif berkarya baik nulis maupun jadi pembicara. Alhamdulillah, mbak Ollie juga sangat terbuka, ga pelit bagi tips :D

Terima kasih testimoninya kakak :)))

Now, this is the time. Buat kamu yang pingin banget belajar jadi LO, kamu bisa jadi LO buat penulis-penulis kece dari dalam dan luar negeri. Daftar aja jadi Volunteer di Ubud Writers and Readers Festival 2014. Baca baik-baik kebutuhan mereka, dan segera daftar ya. Siapa tahu kita bisa main-main bareng di Ubud nanti! ;)

Lots of love,
Prima

Tuesday, July 15, 2014

#1Hari1Masjid: Seoul Central Masjid, Seoul (Oleh Amah Majidah)

Peta Itaewon

Assalamu’alaikum,

Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Berkunjung ke tempat dengan penduduk mayoritas bukan beragama Islam tentu menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi saya yang berasal dari Indonesia dengan penduduk mayoritas Islam. Saya yang saat ini bermukim di Tangerang, Banten tidak merasa kesulitan jika sedang dalam perjalanan dan mengharuskan saya untuk melaksanakan shalat. Tidak hanya di tempat umum seperti terminal, bandara, stasiun, mall bahkan di pinggir jalan akan dengan mudah kita temui Masjid/Musholla.

Hal ini tentu saja berbeda dengan perjalanan saya ke negara Korea Selatan beberapa waktu lalu. Korea Selatan saat ini adalah negara yang cukup banyak menarik minat wisatawan untuk dikunjungi tak hanya dari Indonesia tapi juga berbagai negara di dunia. K-pop dan K-drama mungkin menjadi alasan utama wisatawan untuk mengunjungi negara ginseng ini, saya termasuk salah satunya. 

Nah, bicara tentang masjid di projek #1Hari1Masjid milik mba Prima saya akan sedikit menceritakan tentang Seoul Central Masjid. Masjid ini adalah satu-satunya masjid yang ada di kota Seoul, tepatnya di Hannam-dong, Yongsan-gu, Itaewon. Dengan kemudahan alat transportasi umum subway di Korea Selatan, berkunjung dan melaksanakan shalat di Seoul Central Masjid adalah kewajiban dalam daftar itenerary perjalanan saya. Yap, saya ingin menyaksikan secara langsung berbagai etnis melaksanakan shalat berjamaah di masjid. 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...