Wednesday, November 18, 2015

Why Volunteering?

Bertugas di Gala Opening.
Menjadi MC untuk Festival Welcome.
Menjadi MC untuk sesi 'Farewell Kabul'.
Bersama sebagian volunteers UWRF pada Closing Party.
Kenangan dari UWRF2014.
Aku memeriksa kertas-kertas yang ada di tanganku sekali lagi. MC Guidelines sudah aku print sebanyak dua belas buah – sejumlah orang yang berada di timku. Ada kertas kosong, aku akan meminta nomer telepon emergency mereka; dan kertas bertuliskan MC dalam huruf ukuran super-besar.

Aku memandang ke sekelilingku, tersenyum pada satu-dua volunteers di sampingku. Kursi berjejalan di seisi ruangan, dipenuhi para volunteers yang mengenakan kaos dan celana pendek; atau mini dress tanpa lengan. Cuaca Ubud memang sedang panas-panasnya, hujan belum turun meski sudah akhir Oktober.

“Hi, how are you?”, “nice to meet you”, “it's gonna be awesome” - begitu banyak semangat dan kehangatan yang bertebaran. Percakapan tersebut didominasi oleh bahasa Inggris; maklum, hampir separuh dari volunteers Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) adalah bule. Suasana berubah senyap saat Kak Ochie, Volunteers' Coordinator, meminta perhatian kami.

Ya, kami – sekitar 100-an orang volunteers – sedang mengikuti orientasi dan briefing. Selama lima hari kedepan, mulai besok Rabu, 27 Oktober 2015, kami akan membantu mensukseskan salah satu festival sastra terbesar di dunia.

Setelah orientasi berakhir, aku sebagai salah satu volunteers mengacungkan kertas bertuliskan MC tinggi-tinggi, sambil bersalaman dan ber-cipika-cipiki dengan mereka yang sudah aku kenal. Ini adalah kali kedua aku menjadi volunteer di UWRF, jadi wajar jika ada beberapa muka yang tampak familiar untukku.

Sembilan orang duduk manis mengelilingiku, sementara dua orang anggota tim yang lain ternyata masih dalam penerbangan menuju Bali. Aku membuka briefing, memperkenalkan diri sebagai MC Supervisor, dan menjelaskan tugas-tugas MC. Lalu aku mempersilakan Summa, International Program Coordinator; Julia, International Writer Liason Supervisor; dan Angela, Marketing Staff; untuk menambahkan apa-apa yang kurang.

Hari itu, tugasku berakhir dalam waktu yang cukup singkat. Hari berikutnya, aku juga masih bisa berleha-leha karena hanya ada satu sesi yang membutuhkan MC. Aku menunjuk Ayu, yang sudah tiga kali menjadi volunteer UWRF untuk menanganinya; sedangkan aku bertugas pada Gala Opening, mendampingi tamu VIP seperti duta besar dari negara sahabat dan para panelis senior.

Hari-hari selanjutnya, aku standby mulai pukul delapan pagi dan baru bisa kembali ke hotel sesudah pukul sembilan malam. Aku sibuk berkordinasi dengan para Supervisor seperti Main Program, Interpreter, Writer Liaison; dan juga para staff, seperti Partnership Coordinator. Aku harus memastikan para MC menjalankan tugas dengan baik: mereka harus menyebutkan nama panelis dengan benar dan mengucapkan terima kasih kepada sponsor. Ada juga beberapa sesi khusus yang membutuhkan briefing tambahan, dan aku harus menghubungkan antara MC dengan kordinator sesi tersebut.

Rasanya ingin sekali mencuri tidur sejenak di siang hari, tapi baru saja aku merebahkan punggung di atas tikar di Basecamp, saat itulah aku mendapat telepon berkenaan dengan timku. Dan itu terjadi setiap hari – hingga aku heran kenapa aku masih keukeuh untuk beristirahat, hehehe. Justru pada hari terakhir, ketika aku memutuskan untuk menemani MC di salah satu venue, malah tidak ada yang mencariku. Aku tidak tahu harus senang atau kesal karenanya :)))

Malam-malam kurang tidur selama hampir dua minggu karena mempersiapkan jadwal; tabungan yang habis ludes tak bersisa; bahkan aku harus berlelah-lelah mengerjakan tugas UTS dan mengumpulkannya sebelum aku berangkat ke Bali...'sihir' apa yang UWRF tanamkan kepadaku sampai aku mau menjadi volunteer disana?

Tahun 2013, aku menghadiri UWRF untuk pertama kali, saat itu sebagai peserta. Di antara para panelis, aku menangkap orang-orang yang begitu enerjik; mereka ada di setiap venue, melayani para peserta yang bertanya, atau mendengar komentar para peserta. Mereka tersenyum, tertawa, berbincang dengan mata berbinar. Mereka membuat kami menikmati setiap sesi. Mereka – para volunteers – membuat peserta merasa aman.

Pada hari kedua, Tuhan menjawab rasa penasaran-ku dengan cara mempertemukan aku dengan Ayu. Sesudah UWRF2013, kami tetap berkomunikasi, sampai aku memutuskan untuk mendaftar sebagai volunteer pada UWRF2014.

Tahun 2014, I had so much fun. Aku bercengkrama dengan Pak Bondan Winarno, Sacha Stevenson, Robyn Davidson, dan masih banyak lagi. Surely there is a huge difference of being a participant and a volunteer. The feeling of becoming a person behind a successful event, is priceless.

Enam hari sebagai volunteer di UWRF2014, aku seperti mendapat suntikan semangat dalam perjalananku menuju cita-cita sebagai penulis. Aku seperti kecanduan, jadi ketika aku mendapat tawaran untuk menjadi volunteer pada UWRF2015, aku tanpa ragu langsung menyetujuinya. Alhamdulillah, aku dipercaya menjadi MC Supervisor – dan MC Supervisor Indonesia pertama selama sejarah UWRF. Yang lebih luar biasa lagi, timku bekerja dengan sangat baik, I'm proud of them as they put much more efforts than I asked them to.

Semangat sebagai volunteer UWRF itu aku bawa kedalam pengalaman volunteering lainnya, misalnya sebagai Divisi Registrasi pada Asia Pacific Regional Rotaract Conference (APRRC) 2015, atau sebagai Time Keeper pada acara Talkshow dan Fundraising Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Pengalamanku sebagai volunteer mengajarkan beberapa hal. Pertama, bahwa volunteering menjadi representasi profesionalisme seseorang. Ketika seseorang sebagai volunteer yang tidak dibayar saja mau kerja 100%, idealnya ketika dia bekerja di kantor, dia harus memberikan performa lebih baik lagi.

Kedua, volunteering membantu kita menyadari satu hal yang paling mendasar dalam kehidupan: jika kita bekerja dengan hati – dibayar atau tidak – maka hasilnya akan luar biasa. That's why, bekerja-lah pada bidang yang benar-benar kita sukai, karena kita pasti akan memberikan sepenuh hati. Dari hasil pekerjaan yang luar biasa itulah, maka rezeki akan mengikuti.

Ketiga, bahwa setiap individu memiliki naluri untuk membantu dan membahagiakan orang lain. Apalagi Indonesia yang memang pada dasarnya memiliki tradisi gotong royong. Hingga saat ini, aku masih sering senyum-senyum ketika mengingat para partisipan (dan panelis) yang terlihat puas, terhibur, terinspirasi, dan termotivasi. Terlebih kalau sempat mengobrol dengan mereka lalu mereka memuji hasil kerja kita – sumpah, sangat disarankan untuk mengalaminya sendiri. The happiness is worth all the 'pain' :')

Jujur, aku belum berani menjadi volunteer pada program-program jangka panjang, seperti Indonesia Mengajar, atau mengikuti jejak Butet Manurung dengan Sokola Rimba-nya. Oh my God, that's still completely out of my mind. Namun, bukan berarti kalau aku tidak akan melakukannya suatu hari nanti. Maka saat ini, aku sedang mengasah kepekaan diri dan profesionalisme, melalui volunteering pada event-event jangka pendek. Semoga, tulisan sederhana ini, mendorong semakin banyak lagi pemuda/i Indonesia agar mau mencemplungkan diri menjadi volunteer dan merasakan dampak positifnya ;)

Love,
Prima

*Photos courtesy of Anggara Mahendra/Stanny Angga for Ubud Writers & Readers Festival 2015

Bonus Foto :p
Wefie bersama Dubes Inggris untuk Indonesia, Mr. Moazzam Malik.

7 comments:

  1. Yeah I knew how great for being volunteer. :))
    Hanya saja aku nggak mendapatkan feel sewaktu volunteering di AFS Binabud Sby. Entahlah :3

    Btw mana fotonya ama Bang Dika? :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hmmm, mungkin belum. Coba volunteering lagi supaya bisa ngerasain serunya :)))

      Ada di Facebook tuh, maaf hanya untuk konsumsi pribadi (dan teman-teman terpilih) :p

      Delete
  2. Mbak Prim keren sekali!
    Aku yang baca aja berasa kecipratan energi semangatnya. :))

    Jadi pengin nyobain volunteering. ~\o/

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cuss apply kalau ada kesempatan volunteering, biar beneran ngerasain semangatnya! :D

      Delete
  3. Hi Kak, I'm Lidia and it's nice to 'meet' you here. I happened to stumble upon your post and suddenly feeling energized hehehe. Thank you for making me feel that way!
    Btw kak kalo volunteering di UWRF bakal dapet fasilitas apa aja ya selain konsumsi? Atau semuanya full biaya pribadi? Maklum masih mahasiswa hehe
    Thanks before I'll be waiting for your response (:

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...