Friday, March 14, 2014

Speak English, Language of the World


Setelah hampir dua tahun kerja di tempat kerja yang sekarang, yaitu sebuah studio animasi dengan 99% klien dari luar negeri, baru kemarin rasanya ada klien yang ngomong ke saya dengan sangat pelan sambil memberikan penekanan ke tiap kata. Kebetulan memang dese orang Amrik, dan itu adalah pertama kali kami talk on Skype setelah beberapa lama komunikasi via email. Kayaknya siiih dia ga yakin saya bisa nangkep omongan dia :)))

Berbeda dengan beberapa orang bule yang saya temui langsung, biasanya sih mereka bilang “you speak English very well” *lalu menjadi congkak *dan pongah *dan takabur *ditiban Patung Liberty :)))
Berbekal bahasa Inggris yang lumayan *pede* saya memberanikan diri mengambil tema skripsi tentang pemain sepak bola asing. Ini salah satu informan saya, ada yang tahu? ;)

Lalu apakah tema pembicaraan kali ini, prima?

Well, seperti biasa, saya sering terinspirasi dengan blog post orang lain, dan kali ini korbannya (lagi-lagi) adalah Kak Teppy, coba baca cerita-cerita awal Kak Teppy belajar bahasa Inggris disini.

Nah, ceritanya saya tuh ga pernah ambil les bahasa Inggris, soalnya buat saya les tuh ga penting – karena dapet pelajarannya di sekolah – tapi yang penting prakteknya *KibasJilbab
Lambat laun saya sadar kalau saya salah lho, soalnya secara kalau praktek itu grammar-nya ga ada yang ngarahin, dan juga...tidak ada bukti tertulis kalau kita bisa bahasa Inggris (yang biasanya sangat membantu kalau ngelamar kerja). Untung aja universitas saya membekali mahasiswanya dengan tes TOEIC, jadi lumayan lah daripada ga ada sama sekali, hehe.

Waktu kecil, saya sudah dicekoki buku dan kaset-kaset Sesame Street yang mama beli di Singapore dan Australia. Soalnya waktu kecil kan keluarga saya ga begitu harmonis kan, jadi kalau udah mulai prahara, kuping saya ditutupi headset dan diperdengarkan kaset Sesame Street.

Lucunya, waktu SD, saya baru terima pelajaran bahasa Inggris secara efektif di kelas 3 atau 4 gitu, awal-awal malah pelajaran bahasa Arab. Tapi di rumah tetep disediakan buku-buku cerita bahasa Inggris, jadi begitu dapat pelajaran di sekolah langsung bisa ngikutin juga.

Long story short, sama kayak kak Teppy yang terpaksa ngomong bahasa Inggris pas ke Den Haag (kak, cerita kita banyak yang mirip deh, apakah kita adalah kakak-adik di kehidupan sebelumnya? - #abaikan :D) – saya juga akhirnya mau ga mau menggunakan bahasa Inggris waktu ikut Jambore Pramuka Dunia di Thailand waktu SMP. Kebetulan juga, entah kenapa saya jarang banget satu kelompok sama orang Indonesia (meski banyak juga orang Indonesia yang ikut). Dua minggu kemudian, ketika pulang ke Indonesia, saya sendiri pun kaget melihat perkembangan kemampuan bahasa Inggris saya, hihi.

Lalu, sejak SMA hingga kuliah saya tergabung di klub Debat Bahasa Inggris. Hal ini memotivasi saya untuk membaca majalah dan koran bahasa Inggris. Selain itu, salah satu latihan 'ringan' listening saya adalah dengerin lagu barat berulang kali, terus menuliskan liriknya berdasarkan apa yang saya pahami. Dan saya ingat banget, satu lagu yang saya pakai latihan adalah Michael Buble-Home :')

Sekarang, karena 70% komunikasi di tempat kerja (terutama sama klien) menggunakan bahasa Inggris, saya lebih berhati-hati dengan grammar. Pernah kok kirim email terus dibenerin grammar-nya oleh klien, hihi. Saya inget baik-baik dan saya catet di note saya. Minimal, tidak boleh mengulang kesalahan yang sama – masih banyak kesalahan grammar yang harus dicoba! #lho

So? Practice, practice, practice! Cuma ini cara untuk bisa lancar ngomong dalam bahasa asing.

Gimana pengalamanmu dalam mempelajari bahasa asing? Cerita dong! ;)

Love,
Prima

1 comment:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...